13 Poin Penting Buat Anda yang Ingin Belajar Bisnis

Banyak yang memutuskan untuk membuka usaha sendiri dengan alasan sama. Salah satu alasan paling klasik adalah lelah bekerja untuk orang lain. Alasan lainnya, ingin menjadi bos perusahaan sendiri. Sebelum memulai usaha, yang pasti Anda harus belajar bisnis dulu.

Sayangnya, masih banyak yang menyepelekan langkah pertama ini. Alasannya juga tidak jauh berbeda, mulai dari menganggap bisnis yang mereka pilih sederhana hingga merasa bisa belajar bisnis sambil jalan. Padahal, salah langkah sedikit saja bisa fatal bagi keuangan dan kemajuan usaha mereka.

Sebelum memulai bisnis apa pun, sebaiknya kita cek dulu kesiapan Anda sendiri.

1. Belajar Bisnis dari Nol

Banyak yang berasumsi bahwa memulai bisnis dari nol sama saja dengan membuka usaha tanpa modal apa pun. Padahal, membuka usaha tidak hanya terkait dana atau kemampuan finansial. Untuk belajar bisnis dari nol, inilah empat (4) hal yang wajib Anda tanyakan pada diri sendiri:

belajar bisnis

  1. Bisnis apa yang ingin Anda jalankan?
  2. Mau mulai dari mana?
  3. Berapakah kira-kira modal awal yang dibutuhkan?
  4. Apakah Anda benar-benar menyukainya dan siap berkomitmen?

Mengapa keempat pertanyaan di atas sangat penting dalam mempelajari bisnis? Ini dia jawabannya:

Jika sudah menemukan jawaban nomor satu, otomatis Anda akan mencari tahu jawaban nomor dua dan tiga. Nah, untuk nomor empat, pastikan Anda benar-benar siap berkomitmen. Masalahnya, passion hanyalah pendukung awal. Saat cobaan menghadang di tengah jalan, apakah Anda masih akan menyukainya?

Sebelum asal tancap gas dalam berbisnis, tumbuhkan dulu keinginan kuat untuk belajar bisnis. Teori dan praktik sama-sama penting, jadi pastikan Anda tidak menyepelekan salah satu pun. Tanpa teori, Anda belum tentu tahu mau mulai dari mana. Tanpa praktik, semua teori bisnis hanya tinggal di dalam kepala.

Belajar bisnis juga tidak hanya sebentar. Selain itu, jangan harap setelahnya Anda akan langsung bisa dan menghasilkan uang banyak. Perjalanan masih panjang dan akan selalu penuh tantangan. Bisa jadi, Anda harus beberapa kali mengganti strategi sebelum akhirnya menemukan yang pas.

2. Belajar Bisnis Lanjutan

Setelah menjawab empat pertanyaan sebelumnya, saatnya menjawab pertanyaan kelima ini:

Bagaimana cara menemukan dan mengambil peluang bisnis yang ada?

Tentu saja, jawaban setiap orang berbeda-beda. Apalagi, pilihan bisnis yang ingin digeluti pasti juga tidak sama. Satu strategi belum tentu berhasil untuk semua, tapi tidak ada salahnya Anda mencoba. Yang pasti, berhati-hati juga wajib bagi semua pebisnis, terutama yang masih pemula.

Bila masih khawatir soal modal, jangan lepaskan dulu pekerjaan utama Anda saat masih punya. Bila ingin sambil menjalankan bisnis, Anda bisa bekerja secara paruh-waktu (part-time) atau lepas (freelance). Tentu saja, konsekuensinya adalah berkurangnya penawaran fasilitas yang lazim diterima karyawan tetap.

Belajar bisnis bisa dari mana saja. Tidak hanya membaca buku-buku yang berkaitan dengan bisnis dan bidang pilihan Anda, mengikuti workshop dan kelas online juga sangat membantu. Merasa semua itu terlalu mahal? Pasti banyak e-book maupun kelas online gratis yang dapat Anda akses. Jangan malas mencari.

Belajar jugalah dari mereka yang sudah lebih berpengalaman dalam berbisnis. Tidak harus orang yang Anda kenal secara pribadi atau mereka yang sudah ketahuan sukses. Bahkan, dari mereka yang gagal saat berbisnis pun Anda dapat belajar. Jangan sampai Anda mengulangi kesalahan yang sama.

3. Investor Versus Dana Sendiri

Bahkan, sebelum era kebangkitan digital startup, dua cara ini sudah lama dibahas. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pebisnis pemula namun idealis biasanya enggan menggandeng investor. Mereka lebih banyak memanfaatkan koneksi atau jaringan untuk promosi produk hingga merekrut staf yang tertarik untuk bergabung. Alasannya, investor pasti ingin terlibat langsung dan cenderung ingin mengutak-atik konsep produk mereka.

Padahal, semua tergantung cara Anda menemukan dan bernegosiasi dengan calon investor yang tepat. Dengan dana sendiri, Anda mungkin merasa lebih memegang kendali dalam berbisnis. Namun, bila bisnis tidak menghasilkan, minimal balik modal, Anda tidak akan punya simpanan untuk melanjutkan usaha.

belajar bisnis

4. Belajar Bisnis, Termasuk dari Kesalahan

Setelah yakin sudah siap menjalankan usaha sendiri, Anda masih dan akan selalu harus belajar bisnis. Seperti yang sudah disebutkan di bab sebelumnya, banyak cara untuk terus belajar. Namun, yang paling sulit ternyata adalah belajar dari kesalahan yang sudah terjadi.

Kita tidak hanya sedang membahas belajar bisnis dari kesalahan pebisnis lain. Yang paling sulit adalah belajar dari kesalahan sendiri. Beberapa kesalahan yang awam dilakukan pebisnis pemula adalah:

5. Kurang Riset yang Memadai

Memang, kita tidak akan pernah bisa tahu 100% mengenai apa pun. Namun, riset selengkap mungkin tetap penting. Kalau ternyata tetap ada yang kurang, riset selanjutnya masih tetap bisa dilakukan. Tentu saja, kali ini Anda harus bergerak lebih cepat.

Contoh: ingin membuka bisnis di bidang pendidikan berupa kelas online, namun ternyata tidak banyak anak sekolah yang berminat? Segera fokuskan dulu pada klien potensial terbanyak. Bila orang kantoran dan ibu rumah tangga menempati jumlah terbesar, sesuaikan materinya.

6. Tidak Ada Kontrak Kerja yang Jelas Saat Merekrut Karyawan

“Maklum, masih perusahaan startup.”

Mungkin itulah alasan Anda saat calon karyawan menanyakan kontrak kerja yang jelas. Padahal, tidak perlu merekrut ahli hukum untuk urusan legal perusahaan Anda. Meskipun yang tertarik bekerja kebetulan teman sendiri atau kenalan, jangan pernah meremehkan keabsahan kontrak kerja yang jelas.

Dengan adanya kontrak, tidak ada peluang, baik bagi Anda maupun karyawan, untuk bekerja seenaknya.

belajar bisnis

7. Salah Strategi, Namun Terlalu Lama Menyesali Diri

Salah strategi sebenarnya wajar terjadi. Bahkan, pelaku bisnis yang sudah profesional pun bisa melakukannya.

Sayangnya, pebisnis pemula cenderung terlalu lama menyesali diri. Tidak hanya mengeluh setiap hari saat ke kantor, mereka juga cenderung hanya terfokus pada si penyebab kesalahan tersebut.

Misalnya: semula Anda mengandalkan jasa staf penjualan (sales team) di lapangan. Entah staf tersebut salah strategi atau tidak bekerja sesuai instruksi, bisnis Anda jadi merugi. Bukannya buru-buru ganti strategi, Anda malah hanya menyalahkan staf dan menimpakan seluruh tanggung jawab perusahaan kepada mereka.

Padahal, sebagai pemilik bisnis, Anda-lah yang paling bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan. Bila satu strategi terbukti gagal, cobalah yang lain. Bahkan, sebisa mungkin siapkan lebih dari satu strategi cadangan sebagai tindakan pengamanan. Memang terkesan ribet, namun bisnis Anda tetap membutuhkannya.

8. Tidak Mau Mendengarkan Saran Bawahan

Bukan, bukan berarti Anda harus kehilangan wibawa atau membiarkan karyawan berbuat seenaknya. Bukan pula berarti Anda harus mengikuti semua mau mereka.

Pada kenyataannya, Anda tidak selalu benar. (Mohon lupakan lelucon konyol seputar “Pemimpin selalu benar. Bila salah, anggap saja tetap selalu benar.”) Ini mungkin agak sulit diterima, terutama bila selama ini Anda merasa selalu harus mendapatkan semua keinginan Anda.

Karyawan yang hendak memberi saran bukan ingin mengambil posisi Anda. Bisa jadi, mereka juga sama pedulinya dengan kemajuan perusahaan Anda. Lagipula, belajar bisnis sesungguhnya mencakup banyak hal, tidak hanya perkara teknis.

Anggaplah karyawan sebagai aset bisnis Anda yang tak kalah berharga. Jangan sampai mereka punya alasan untuk segera pindah ke perusahaan lain, meskipun bisnis Anda masih baru berjalan.

9. Mencampurkan Rekening Bisnis dengan Rekening Pribadi

Memang, ini usaha sendiri. Namun, alangkah lebih profesionalnya bila Anda tidak membayar gaji karyawan melalui rekening pribadi. Lebih baik buatlah rekening terpisah khusus untuk bisnis Anda. Hal ini untuk mencegah bercampurnya keuangan untuk kebutuhan perusahaan dengan pribadi.

belajar bisnis

10. Mudah Menyerah

Dalam hal ini, mudah menyerah tidak hanya soal mengeluh saat satu strategi gagal. Bila ini pertama kalinya menjalankan usaha, jangan langsung memecat karyawan hanya karena satu-dua kesalahan. Ini juga berlaku bila karyawan belum berpengalaman dan masih belajar.

Belajar bisnis termasuk belajar mengenai hubungan antar manusia. Sebagai pemimpin, Anda adalah cerminan perusahaan. Bila hobi main pecat, terutama untuk alasan sepele dan masih bisa diperbaiki, Anda akan terlihat kurang sabar dan tidak membuat karyawan lain merasa aman.

11. Membicarakan Keburukan Staf kepada Staf Lain, Terutama yang Sudah Dipecat

Ini masih terkait dengan kesalahan pada nomor sebelumnya. Bukannya memacu karyawan untuk lebih giat bekerja, yang ada malah menakut-nakuti mereka. Bolehlah emosi dengan kelalaian karyawan sebelumnya. Namun, lebih baik berikan saran agar karyawan yang masih ada lebih bersemangat dalam memajukan perusahaan.

12. Tidak Siap Menurunkan Standar Hidup Demi Memajukan Bisnis Anda Sendiri

Ini mungkin terkesan sepele, namun tidak kalah penting. Hal ini paling berlaku bagi Anda yang modalnya tidak banyak dan baru pertama kali membuka bisnis. Selain itu, saran ini juga disepelekan mereka yang mau membuka bisnis, namun enggan bergantung pada investor.

Mungkin sewaktu menjadi karyawan dengan gaji bulanan, Anda punya kebiasaan hura-hura. Tidak masalah, selama masih ada yang bisa ditabung.

Namun, saat sudah membuka bisnis (apalagi dengan dana sendiri), saatnya membuat prioritas keuangan yang berbeda. Bila tidak punya dana yang cukup, mulailah dengan bisnis yang kecil dahulu. Bila sudah terlanjur memulai dengan dana besar, siap-siaplah agak menurunkan standar hidup Anda.

Misalnya: bila tadinya hobi berbelanja barang-barang mahal, mulailah mengurangi atau menghilangkan kebiasaan tersebut. Jangan sampai bisnis Anda keburu bangkrut hanya gara-gara Anda gagal mengatur keuangan, termasuk menggaji karyawan sesuai janji.

belajar bisnis

13. Belajar Bisnis Tidak Pernah Berhenti

Baik yang baru mulai membuka bisnis, menjalankan usaha, hingga yang tinggal memantau saja, belajar bisnis sebaiknya jangan pernah berhenti. Sama halnya dengan hidup, selalu akan ada cobaan baru. Persaingan semakin ketat dan inovasi akan selalu dibutuhkan.

Intinya, yang harus selalu dilakukan saat belajar bisnis adalah ketiga (3) hal di bawah ini:

  1. Branding atau membangun reputasi perusahaan.
  2. Riset, termasuk target pemasaran dan strategi penjualan.
  3. Evaluasi, termasuk mempertahankan strategi yang sudah terbukti berhasil dan belajar dari kesalahan.

Bila brand perusahaan sudah kuat, biasanya riset dapat dilakukan lagi setelah selesai evaluasi. Namun, bila persaingan semakin ketat dan mulai keluar produk yang mirip dengan milik Anda, saatnya rebranding agar tidak ketinggalan.

Belajar bisnis semakin menyenangkan bila Anda memang berminat dan melakukannya dengan urutan yang benar. Dengan bekal dan persiapan yang matang, bisnis Anda pun berpeluang maju dan berkembang.